kekuatan dari sebuah kekecewaan


Anda menjadi siapa ketika keadaan tidak sesuai dengan keinginan anda?? Ketika saya keluar dari Korp Marinir. Ayah kaya saya menganjurkan saya mencari pekerjaan yang mengajarkan saya cara menjual. Ia tahu saya pemalu. Belajar menjual merupakan hal paling tidak ingin saya lakukan.

Salama dua tahun saya merupakan wiraniaga terburuk di perusahaan saya. Saya bahkan tidak bisa menjual pelampung kepada orang yang sedang tenggelam. Sifat pemalu saya tidak hanya mengesalkan diri saya sendiri melainkan mengesalkan para konsumen yang sedang saya hadapi. Selama dua tahun itu status saya keluar-masuk masa percobaan, yang berarti saya selalu terancam di pecat.

Saya selalu menyalahkan situasi ekonomi atau produk yang saya jual, atau bahkan para konsumen., sebagai penyebab kegagaln saya. Ayah kaya mempunyai pendapat lain tentang hal itu. Ia sering  berkata “Orang yang tidak mampu sering menyalahkan orang lain”.

Ini berarti bukan emosional dari kekecewaan orang itu begitu besar hingga ia ingin mengalihkan rasa sakitnya dengan menyalahkan  orang lain. Supaya bisa belajar menjual, saya harus merasakan sakit hati karena kekecewaan. Dalam proses belajar menjual, saya menemukan sebuah pelajaran yang sangat berharga : cara merubah kekecewaan menjadi sebuah aset, bukan leabilitas.

Setiap kali saya bertemu dengan orang yang takut “mencoba” sesuatu yang baru, dalam banyak kasus penyebabnya adalah karena mereka takut kecewa. Mereka khawatir akan melakukan kesalahan, atau di tolak. Kalau anda siap memulai perjalanan mencari jalur cepat financial anda sendiri, saya ingin memberikan saran serta dorongan yang diberikan ayah kaya ketika saya sedang mempelajari sesuatu yang baru:

“Bersiaplah untuk kecewa”

Ia mengacu pada makna positif pertanyaan di atas, bukan makna negatifnya. Dasar pemikirannya adalah kalau siap kecewa, Anda mempunyai kesempatan untuk mengubah kekecewaan tersebut menjadi aset. Sebagian besar orang merubah kekecewaan itu menjadi sebuah leabilitas yang berjangka panjang.  Dan anda mengetahuinya kalau mendengar seseorang berkata,”Aku takkan pernah melakukannya lagi.” Atau “ Seharusnya aku sudah tahu akan gagal”.

Seperti halnya dalam setiap masalah ada peluang ..demikian juga dalam setiap  kekecewaan ada mutiara kibijaksanaan yang tak ternilai harganya.
Setiap kali mendengar seseorang berkata ”Aku takkan pernah melakukannya lagi” saya tahu saya sedang mendengar seseoarang yang sudah berhenti belajar. Mereka membiarkan kekecewaan menghentikan mereka. Kekecewaan telah berubah menjadi tembok yang dibangun di sekitar mereka, bukannya sebuah landasan untuk tumbuh semakin tinggi.

Ayah kaya membantu saya mempelajari cara menanangi kekecewaan emosional yang dalam. Ia sering berkata, “ Alasan mengapa hanya ada sedikit orang yang menjadi kaya karena upayanya sendiri adalah karena hanya sedikit manusia yang bisa menoleransi kekecewaan. Bukannya belajar menghadapi kekecewaan, mereka malah menghabiskan hidupnya dengan menghindarinya.”

Ia juga berkata,”Daripada menghindarinya, persiankanlha dirimu. Rasa kecewa adalah sebuah bagian penting dalam proses belajar. Seperti halnya kita bisa belajar dari kesalahan, demikian juga kita bisa memperkuat karakter dengan kekecewaan.” Berikut ini adalah beberapa nasihat yang ia berikan kepada saya selama bertahun-tahun:

1. bersiaplah untuk kecewa. Ayah kaya sering berkata, “hanya orang bodoh yang berharap semua berjalan sesuai dengan keinginannya. Siap untuk kecewa bukan berarti menjadi seorang pecundang yang kalah atau pasif. Siap untuk kecewa adalah sebuah cara untuk secara mental dan emosional mempersiapkan diri menghadapi kejutan yang mungkin tidak kauinginkan. Dengan menjadi siap secara emosional, kau bisa bertindak secara tenang dan penuh wibawa ketika keadaan tidak sesuai dengan keinginanmu. Jika tenang, kau bisa berfikir lebih baik.

Sering saya melihat orang yang mempunyai gagasan bisnis baru yang besar. Gairah mereka bertahan sekitar satu bulan, lalau kekecewaan mulai menghapus semangat mereka. Tak lama kemudian gairah mereka sirna, dan yang anda dengar mereka katakana hanyalah,”Itu gagasan yang bagus, tapi tidak berhasil.

Yang tidak berhasil bukan gagasannya. Tetapi kekecewaanlah yang lebih berperan. Mereka membiarkan rasa tidak sabar mereka berubah menjadi rasa kecewa dan kemudian mereka membiarkan rasa kecewa tersebut mengalahkan mereka. Sering sekali ketidak sabaran itu timbul karena mereka tidak langsung mendapat imbalan financial. Pemilik bisnis dan investor memang menunggu bertahun-tahun untuk melihat uang mengalir dari bisnis atau investasi mereka, tapi mereka menjalaninya dengan kesadaran bahwa keberhasilan butuh waktu. Mereka juga mengetahui bahwa ketika keberhaasilan dicapai, imbalan finansialnya sepadan dengan penantiannya.

2. Didampingi seorang pembingbing. Dibagian buku telepon anda terdapat daftar rumah sakit, pemadam kebakaran, dan kantor polisi. Saya mempunyai daftar serupa untuk keadaan darurat financial, tapi isinya adalah nomor telepon para pembingbinng saya.

Sering sebelum saya melakukan transaksi, saya menelpon salah satu teman saya dan menjelaskan apa yang sedang saya lakukan dan apa yang ingin saya capai. Saya juga meminta mereka siap memberikan bantuan saat saya mendapat kesulitan, sesuatu yang sering terjadi.

Intinya adalah, kita takkan pernah mengetahui semuanya di muka, dan kita sering belajar sesuatu saat kita harus mengetahuinya. Itu sebabnya saya menganjurkan anda mencoba hal-hal baru dan bersiap menghadapi kekecewaan, tapi selalu mempunyai pembimbing yang siap memadu anda menjalani pengalaman itu. Banyak orang tidak pernah memulai proyek apapun hanya karena mereka tidak mengetahui semuanya. Anda takkan pernah bisa mengetahui semuanya., tapi tetaplah memulai. Seperti yang selalu dikatakan teman saya Keith Cunningham. “Banyak orang yang tak berani menyebrang jalan sebelum semua lampunya berwarna hijau. Itu sebabnya mereka tidak kemana-mana.”

3. Bersikap baiklah kepada diri sendiri. Salah satu aspek paling menyakitkan dalam melakukan kesalahan, dan menjadi kecewa atau gagal melakukan sesuatu, bukanlah apa yang dikatakan orang lain tentang kita. Yang paling menyakitkan adalah ketika kita bersikap menyalahkan diri sendiri. Sebagian besar orang yang melakukan kesalahan sering jauh lebih keras menghukum diri sendiri dari pada bila orang lain yang menghukum mereka. Mereka seharusnya menyerahkan diri kepada polisi yang menangani kasus penyiksaan diri sendiri.

Saya lihat orang yang bersifat keras kepada diri sendiri secara mental dan emosional sering bersikaf selalu berhati-hati dalam mengambil resiko, atau menerapkan gagasan baru, atau mencoba sesuatu yang baru. Sulit untuk mempelajari suatu hal baru kalau anda menghukum diri sendiri atau menyalahkan orang lain atas kekecewaan pribadi anda.

4. Katakan yang sebenarnya. Salah satu hukuman terburuk yang pernah saya dapat ketika masih kecil adalah ketika saya secara tidak sengaja mematahkan gigi depan saudara perempuan saya. Ia berlari pulang untuk mengadu kepada ayah saya,dan saya berlari untuk bersembunyi. Setelah ayah saya menemukan saya. Ayah saya sangat marah.
Ia mengomeli saya,” Ayah menghukummu bukan karena kau mematahkan gigi saudaramu..tapi karena kau melarikan diri.”

Dalam bidang financial, sering saya sebenarnya bisa melarikan diri dari kesalahan saya. Melarikan diri adalah sesuatu yang mudah dilakukan, tapi kata-kata ayah seumur hidup mengingatkan saya.

Singkatnya, kita semua melakukan kesalahan. Kita semua merasa kesal dan kecewa ketika keadaan tidak sesuai dengan apa keinginan kita. Namun perbedaannya terdapat pada cara kita memproses kekecewaan itu secara internal. Ayah kaya meringkasnya seperti ini, ”Ukuran keberhasilanmu ditentukan oleh kekuatan hasratmu: besarnya mimpimu; dan caramu menghadapi kekecewaan selama perjalanan.”

Beberapa tahun lagi kita akan menghadapi perubahan-perubahan financial yang akan menguji keberanian kita. Dan orang-orang yang paling bisa mengendalikan emosi mereka, yang tida membiarkan emosi menghentikan mereka, dan yang mempunyai kedewasaan emosional untuk mempelajari keterampilan financial baru akan memperoleh sukses besar. Seperti yang dinyanyikan oleh bob Dylan, “waktu mengalami perubahan.”

Dan masa depan adalah milik mereka yang bisa mengikuti perubahan waktu dan menggunakan kekecewaan pribadi sebagai balok pembangun untuk masa depan.


0 Komentar untuk "kekuatan dari sebuah kekecewaan"

buat rekan-rekan yang ingin berkomentar dan ingin memberikan saran serta kritik terhadap blog saya..bisa langsung menaruh komentar di kolom di bawah ini. saya tidak menggunakan veritifikasi kata dan terbuka buat umum..